Wahyu Widiyanto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
ABSTRAK
Sektor air minum merupakan salah satu dari pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan pengentasan kemiskinan. Penyediaan air untuk komunitas kecil lebih cocok apabila dipilih sistem sederhana yang tidak memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang rumit. Walaupun demikian hitungan hidraulika tetap harus dilakukan secara cermat karena akan mempengaruhi kinerja sistem penyediaan air. Dalam hal ini, hidraulika pipa perlu mendapat tinjauan lebih banyak karena kehandalan sistem sangat tergantung pada kemampuan pipa melewatkan debit.
Kajian ini membahas dua cara hitungan diameter pipa pada suatu sistem penyediaan air minum sederhana. Untuk membantu perencanaan, Direktorat Cipta Karya PU telah menerbitkan Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Air Minum Sederhana pada tahun 2007. Salah satu bab di dalamnya membahas tentang cara perhitungan diameter pipa berdasarkan beberapa tabel yang telah disediakan, tetapi tidak diberikan penjelasan tentang dasar teori dari tabel tersebut sehingga bagi para perencana hal ini menimbulkan keraguan tersendiri. Oleh karena itu dalam makalah ini dilakukan pembandingan antara penggunaan tabel dalam buku petunjuk tersebut (Cara Juknis) dan Rumus Darcy-Weisbach untuk menentukan diameter pipa air minum. Data yang digunakan untuk mendukung analisis diperoleh dari 5 desa di wilayah Kabupaten Kebumen.
Dari hasil pembandingan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang relatif kecil (kurang dari 4%) antara hasil hitungan memakai Rumus Darcy Weisbach dan Cara Juknis dengan interpolasi yang teliti. Sehingga kedua cara dapat dipakai dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun disarankan Rumus Darcy-Weisbach tetap dilibatkan dalam penentuan diameter pipa terutama untuk keperluan pemeriksaan kembali terhadap diameter pipa yang tersedia di pasaran yang direncanakan akan digunakan dalam sistem.
Kata kunci : diameter pipa, air minum, sistem sederhana
